Sunday, October 30, 2011

Books.

Dulu, ketika aku masih duduk di bangku SD, pekerjaanku sehari-hari adalah membaca. Yup, membaca. Reading. La lecture. Lezing. Leitura. Atau apapun itu.


Sekarang, setelah duduk di SMP kelas 8, aku merasa kegiatan membacaku telah berkurang sedikit demi sedikit. Mungkin karena aku sibuk? Bisa saja. Atau mungkin juga karena aku tak punya bahan bacaan lain -- seluruh buku bacaan di rumah sudah habis aku lahap.


Nah, mungkin karena pada dasarnya I'm a bookworm, menjalani hidup lama-lama tanpa buku rasanya membosankan juga. Hidupku jadi hambar, kurang garam, atau mungkin kurang cuka. Ditambah lagi dengan rasa bosan yang selalu aku temui di sekolah, dan ketidakpuasan pada jutaan aplikasi yang sudah susah payah aku download di handphone-ku, pembawaanku jadi mudah marah dan depresi. Setelah aku selidiki penyebabnya, ternyata aku kekurangan makan buku.


Jadi, sudah dua minggu ini aku membongkar lagi lemari-lemariku yang berisi buku-buku lama. Banyak juga ternyata buku favoritku, dan aku mulai membaca mereka lagi, satu persatu, tentu saja. Rasanya menyenangkan sekali bisa kembali ke hobiku yang lama dan melupakan sedikit PR-ku yang menumpuk. Membaca buku merupakan kompensasi atas semua pelajaran membosankan di sekolah dan juga menjadi semacam pelarian dari dunia nyata ke dunia fantasi, melewati perjalanan yang menyenangkan melintasi lembaran-lembaran kertas yang harumnya tiada dua.


Untungnya, bibi dari ibuku (atau nenekku) datang dan menginap di rumahku. Berhubung nenekku senang membaca, tadi siang aku, nenekku, dan ibuku pergi berbelanja ke toko buku. Aku mendapatkan dua buku baru, dan yang sedang aku baca saat ini berjudul Eight Cousins, karangan Louisa May Alcott, yang juga merupakan pengarang buku laris Little Women. Bukunya seru sekali. Aku jadi tak sabar untuk melanjutkan "petualanganku".


I think that's all for now. I'm a little bit tired, my eyes hurt, and I got homeworks to do, jadi aku rasa aku harus pergi sekarang. Bye :)

B U L L I E S

Hello. Apa kabar? Aku harap kau baik-baik saja. Sekarang, untuk pertama kalinya, aku akan membahas... err... masalah yang selalu menjadi trending topic di sekolahku: BULLIES.


Kau tahu, sekolahku terdiri dari banyak kelas. Ada 8 kelas untuk kelas 7, 8 kelas untuk kelas 8, dan 8 kelas untuk kelas 9. Totalnya, ada 24 kelas dalam tiga angkatan. Menurut pengamatan teman-temanku yang iseng mengalikan, menambahkan, dan membagi jumlah murid, mereka pernah berkata bahwa kira-kira jumlah murid SMPN 3 Bandung adalah 1000 orang lebih. Dengan satu koperasi dan satu kantin di basement (yea, right), terbayang sudah bagaimana sumpeknya sekolahku.


Tapi bukan itu yang akan aku bahas. Dengan banyaknya murid kelas 7, 8, dan 9 yang berusaha dijejalkan dalam sekolah berlantai tiga, persaingannya pun akan semakin ketat.


Begini. Beberapa minggu yang lalu, ketika aku sedang mengobrol dengan seorang temanku, ia berkata, "Kamu tahu tidak? Ada teman kita yang bilang kalau adik kelas itu sombong, lho,"


"Oya?" tanyaku.


"Ya. Dia bilang dia juga ingin mem-bully adik kelas itu."


Ya ampun!! Aku benar-benar tidak percaya. Aku kira angkatanku adalah angkatan yang damai, aman, tenteram, sentosa, dan sejahtera. Ternyata masih banyak orang-orang yang gila hormat dan suka menyiksa orang lain! Diam-diam, aku mengutuk temanku itu.


Dulu, saat aku masih kelas 7, aku juga tahu rasanya dimarahi dan dibenci kakak kelas. Bukannya aku pernah terlibat konflik dengan mereka, tapi dengan pengalaman forum jurnalistikku saja, rasanya aku sudah akan menyerah kalau aku sampai di-bully. Ditambah lagi dengan masa TK-ku yang memang bermasalah dengan sosialisasi dan sebagainya. Jadi, sekarang aku berpikir, kenapa repot-repot membenci adik kelas kalau dulu kau juga tak suka dibenci? Sungguh mengherankan.


Ada lagi cerita yang tak kalah menyakitkan. Jadi begini. Aku memiliki seorang teman. Temanku itu, dibanding teman-temanku yang lain, kondisi ekonominya bisa dikatakan kurang mampu. Uang jajannya hanya Rp 500,- perhari, dan itu membuatnya diejek teman-temannya. Pernah suatu hari, dia bercerita padaku tentang perlakuan orang-orang kepadanya. Dia sering diejek, dihina, dan ditertawakan. Bahkan ketika aku membantu mengerjakan tugasnya, temanku yang lain menatapku, bergidik, dan menunjukkan ekspresi jijik. Aku tidak percaya, di dunia yang katanya begitu modern ini, masih ada diskriminasi gara-gara status sosial seperti itu.


Sepertinya, itulah alasan utamaku kenapa aku tak mau mem-bully adik kelas. Simple: aku tak mau membuat adik-adik kelas membenciku karena mereka menganggap aku galak. Lagipula, masa-masa kelas 7 adalah masa-masa terindah (karena aku tak punya musuh, tak bermasalah, dan kelasku sangat, sangat kompak), dan aku rasa, pertemananku dengan anak kelas 7 bisa membawaku kembali ke masa-masa indah itu.


Jadi, sekali lagi, apa sih gunanya mem-bully adik kelas? Banyak teman-temanku yang dibilang "belagak" oleh kakak kelas, terkadang hanya karena masalah sepele. Juga, ada seorang temanku yang selalu mengomentari perilaku adik kelas yang lewat di depan dia. Pernah suatu saat, ketika aku sedang berjalan, seorang kakak kelas tiba-tiba menunjukku dari belakang sambil berbisik kepada temannya (entah kenapa, aku merasa santai saja). Di hari yang lain, seorang jurnalis junior yang sedang bekerja denganku untuk membuat mading, tiba-tiba pulang tanpa mengucapkan salam dan memalingkan wajah setiap ditanya.Ya ampun, perlukah semua perlakuan seperti itu? Kapan kegila-gilaan akan hormat bisa berakhir di setiap sekolah, kantor, lembaga, perusahaan, atau bahkan di lingkungan keluarga? Kapan asumsi prematur dari adik kelas tentang perlakuan kakak kelas bisa dihentikan?


Akhirnya, setelah menggerutu dan merenung, aku menemukan sebuah teori: Perlakuan kasar di sekolah, atau bullying, terjadi karena kesalahpahaman. Kakak kelas yang sombong akan merasa bahwa adik kelas selalu bersikap tidak sopan (dengan kalimat "Adik kelas zaman sekarang....."), sementara adik kelas yang pesimis akan menganggap bahwa kakak kelas selalu jahat, sehingga kedua pihak itu takkan bisa rukun. Adik kelas selalu memasang muka masam tiap kali melewati kakak kelas, dan kakak kelas selalu menyindir adik kelas dengan berbagai kata-kata yang bisa membuat orang berat hati.


Aku harap, suatu saat, masalah ini bisa berhenti. Aku harap di masa depan, ketika anakku akhirnya masuk SMP, perlakuan bully seperti ini akan berakhir. Aku berdoa bahwa tidak akan ada lagi diskriminasi antara si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh, si populer dan si kutu buku. Aku ingin gaya rambut bukanlah hal pertama yang dilihat orang ketika mereka berkenalan denganmu. Satu hal lagi, aku harap semua orang di dunia belajar mengerti satu sama lain.


Amin.

Friday, October 14, 2011

TUNZA International Children and Youth Conference 2011...

Hello again, guys ^^ well, I only can play with my PC on the weekend, so I'm sorry for the delay... Now, I'm going to tell you about one of the greatest experiences I've ever had :)

On September 27, me and four of my friends went to (look at the title!) Tunza Conference at Sabuga, Bandung. I was there as a student from Bandung who welcomed the guests from around over than 150 countries! (Like, wow!)

So... I arrived at school at 6 AM, because my English teacher has planned to go to Sabuga at 6. Well, I knew it from the start that we will not go at 6; I've experienced too many delays in my life. When we finally went at 7 (yea, right) I was very nervous that we were going to be late.

Our "journey" from school to Sabuga was quite tiring. Right after we passed Dago area, my teacher suddenly forgot the way! We asked some men, and then we continued our journey.

At the conference, I saw soooo many kids, and teens, and adults from around the world! I got acquainted with kids from Brazil and Korea. They were nice, and friendly. I liked them. Especially the Brazilian girl because she was totally delightful and she couldn't stop smiling.

When we got inside the building, we rushed to Balariung Utama room because the opening ceremony was about to begin. We also met Vietnamese participants, and one of them said that I have a very beautiful name. Aww!

It was a little bit hard for us to find seats; most of them were full. Finally, we found a place on the left corner. I was sitting in the front seat all alone, enjoying the moment of being near to the stage. Yea, that was pretty cool.

After we waited for around 15 minutes (SEE? Another delay!!), the opening ceremony began. Oh My God!!!! It was AWESOME!! There were traditional dance performances from Saung Angklung Udjo (those dances really made me proud of being a Sundanese...:D), and a great performance from an acapella group called Jamaica Cafe. I was laughing so hard when they sang Keong Racun!! All the Indonesians were dancing and laughing.. Indeed.

Finally.... After we watched the performances for like 45 minutes... The Vice President of Indonesia, Mr. Boediono, arrived along with The Governor of West Java Region, Mr. Achmad Heryawan, the Minister of Environment, Mr. Gusti Muhammad Hatta and the President (wait, President, right?) of UNEP! We applaud really hard.

When we were allowed to take an hour break, me and my friend, Dena, decided that it was the right time for us to make new friends! Well, we met a 23-years-old participant and after we chatted for awhile, we took pictures with her. She's... gorgeous. She was also very nice and she asked about our school, our ages and stuffs. But, hey, people weren't always that good. I met a boy who was very ignorant to everyone. I wanted to be his friend because he's cute and all (hehe), but it was all gone when I tried to be friendly by asking his age and name but he ignored me. He didn't even smile. Well. Maybe that's better.

Me and Dena walked around Sabuga to greet people (haha! it was tiring!). We also took photos with Africans, Koreans, Russians, Singaporeans, Americans, Brazilians, and so on. The amazing thing is not about their nationalities and race (because I've known so many people from different nationalities from Facebook and Twitter and instant messengers), but more about their friendly attitude; they were very, very nice. Many of them asked us about our school, ages, country, everything. Some people dressed in their countries' traditional clothes, and it makes them looked very stunning and fabulous!

After walking around, I interviewed a few participants so that I can publish the interview as a school journalist :D my favorite interview was with a 14-years-old Korean girl. She was genius. She knew what she was doing and she was very sure about it. That, is what I love.

Last but not least, I met a Russian boy named George. He's 12 years old. BELIEVE ME, HE'S SOO CUTE!! LIKE, CUTE!!! He's gorgeous, his smile made everyone melted, and he's cute. He couldn't speak English very well (neither do I), so his mother helped him when I talked to him. Of course me and Dena took pictures with him! ;)

Finally, at 12 PM, we all went home. It was one of the most unforgettable moments of my life<33

Saturday, October 8, 2011

HELLO!

HI! HELLO! CIAO! KONICHIWA! I'm Sarah, I'm 13, I'm in the 8th grade, I'm from Indonesia, and this is my new blog :)
Since this is my first post and the About Me box doesn't wanna work, I have to tell you a little bit about myself.


Actually, years before I made this blog, I once had the coolest blog ever named Cerita Sarah. It was my first blog, and I'm still thinking that no blog in this universe can beat it.
I made Cerita Sarah when I was in the 4th grade (yup, 4 years ago). At that time, Blogspot didn't look like this at all. I felt like I was the coolest kid in school because nobody had a blog but me! I promoted my blog to everyone -- my teachers, friends, family, EVERYONE -- until one day...
I forgot how to sign in. Wow, isn't that stupid? Yeah, I know. But I was just 9 years old, and it was easy for me to forget anything. I was so sad, so disappointed, and silly me, I didn't ask my mother how to sign in again. Since then, I never want to open that blog again, until now. I'm too sad.


Finally, an hour ago, I decided to start a new blog and forget about the old one. This blog, I'm pretty sure, will be the second best blog in the entire universe, and I will post anything like crazy.


Bye for now :)


P.S.: I sometimes write in English, and on the other times, I write in Bahasa Indonesia, because there are things that become really hard when I try to explain them in English. So please, try to understand this. :)